Ragu2 awalnya ketika mau nulis, tetapi semoga bisa jadi arena contek-contekan seluruh anak muda. [tua donk diriku, hixx]
Well, saya dan suami pacaran setahun sebelum menikah. Sebenarnya, malu mengatakannya. Secara, dalam pemahaman saya akan Islam, pacaran tidaklah diperbolehkan. Bapak saya yang moderat pun menyatakan, apa manfaat pacaran? saat saya iiseng bertanya, "Pak aku boleh punya pacar?".
Kok nekat juga pacaran. Saya pikir saat itu, toh kami jarak jauh. Bukan dalam arti sebenarnya, karena de factonya, kami hanya sejauh Unair - ITS. Dekat!
Tetapi kesibukan masing-masing membuat kami hanya bertemu seminggu sekali. Ketika sedang nyantai pun, saya dan dia pilih pergi dengan teman masing-masing. Atau pergi bareng tapi dengan teman sedaerah. Rame-rame lebih seru...
Maklum newbie saat itu di dunia perpacaran. Kami sama-sama belum pernah pacaran. Jadi sama-sama masih virgin. heehee.
Kan ada HP?
Iya, memang ada HP. Tapi saat itu, kami juga jarang kirim-kirim sms. Padahal sudah cukup murah pulsanya. Apalagi vendor telekomunikasinya sama. Dilarang ngiklan nih!
Kenapa? untuk meminimalkan efek samping. Semua tahu dong, jika sedang jatuh cinta, dimana-mana ada wajahnya. kapan saja teringat dia. Buat saya itu efek. Agar hati tak terkotori terlalu dalam. Yang ikhwah boleh protes nih.
Ada satu syarat yang saya kenakan pada pacar saya saat itu? Saya mau terikat, tetapi atas ijin orangtuamu. Dan pernyataan kesedian orang tua pacar, untuk menerima saya sebagai calon istri. Karena saya tidak mau, pacaran tanpa tujuan, hanya untuk senang-senang. Ah, mungkin saya terlalu serius. Bagaimana pendapatmu adek-adek?
Sabtu, 02 Oktober 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar